Saturday, January 11, 2020

[Note] Dini Hari.


Seseorang yang merasa dirinya tidak sempurna berjuang atas keinginannya di dunia hingga akhirnya dia tidak peduli lagi. Karena dunia telah menyakitinya dan tidak ada teman yang mau mendukungnya. Mimpi-mimpinya runtuh bersamaan dengan harapannya yang jatuh. Dia menjadi seorang yang apatis dan lebih memilih untuk menutup diri dari dunia. Karena sesungguhnya hanya pada kasur dia berteduh, dan kepada ranjang lah dia kembali.

Sejak kecil dia selalu diberitahu untuk bermimpi yang tinggi, memiliki cita-cita yang cerah. Tapi dengan mental manja dan pemalasnya itu, dia hanya merasa tertekan dengan segala pencapaian yang diraih oleh orang-orang terdekatnya. Bahkan kini dia meragukan apakah orang-orang yang biasa dia sebut sebagai “teman” itu juga menganggap dia sebagai temannya. Dia ingin diangap ada, dan bukan hanya sekedar angin lalu. Dia ingin dikenang, dia ingin berjasa.

Saat bersama “teman-temannya”, kadang dia merasa nyaman. Dia bisa menjadi orang yang dia inginkan untuk sesaat. Keluh kesah bebas untuk dia ceritakan, tidak peduli apakah “teman-temannya” itu akan mendengarkan atau tidak. Dia terlalu egois untuk mendengarkan, dan hanya ingin didengar. Karena dalam hatinya, terlalu banyak cerita yang ingin dia sampaikan. Cerita buah hasil dari jungkir balik di ranjang seharian penuh.

Seseorang pernah mengatakan pada dirinya, bahwa dia sudah memiliki segalanya. Untuk apa berjuang lagi? Dan jika dia memilih lingkungan pertemanan yang tepat, dia bisa jadi orang terpintar di lingkaran tersebut dan bisa berbusung dada sepuasnya. Tapi dia lebih memilih tersiksa akibat mengenal orang-orang yang jauh lebih tinggi di atasnya. Dia merasa tertekan dan tidak tahu harus berbuat apa. Karena seakan-akan “teman-temannya” telah hilang atau direbut darinya. Akibat dia yang tidak pernah menghargai “teman-temannya”. Tapi apakah “teman-temannya” menghargai dia? Apakah mereka menganggap dia ada? Apa dia selalu diajak untuk menikmati kehidupan bersama? Kenapa dia selalu bersedih di ranjangnya, merasa menyesal dan membenci akan kehidupan?

Sebenarnya apa yang kurang darinya? Kenapa orang-orang menjauhinya? Padahal dia sedang menderita. Tidak ada yang peduli padanya.

Orang tuanya selalu bercerita tentang pengalaman masa kecil mereka, yang mana itu sudah tidak relevan baginya. Era sudah berubah. Sesungguhnya apa mereka tahu realita masa kini 180 derajat jauhnya dibandingkan di era mereka?

Kini dia hanya bisa berjuang sendiri. Tanpa tahu dia akan selamat atau gugur di medan perang.