Bagaimana rasanya jika tiba-tiba ada mayat yang hidup
kembali dan mengancam nyawa umat manusia? Inilah yang harus dihadapi oleh Tom
Cruise dalam film “The Mummy”. Anda tidak salah baca, memang benar Tom Cruise
yang menjadi peran utama. Bukan Brendan Frazier. Disutradai oleh Alex Kurtzman
yang sebelumnya pernah menyutradarai film “People Like Us” tahun 2012 silam. “The
Mummy” adalah seri pertama dari franchise
Universal’s Dark Universe. Bahkan ada logo Dark Universe di awal film. Bercerita
tentang Putri Ahmanet yang diperankan oleh Sofia Boutella yang berusaha balas
dendam atas apa yang telah diperbuat kepadanya di masa lalu. Film yang
berdurasi 1 jam 50 menit ini terasa menyenangkan, tapi disaat yang bersamaan
juga bisa terasa menyebalkan. Adegan pembuka dari film ini sangat menjanjikan.
Membuat penonton berasumsi “Wah, film ini pasti bakal bagus”. Tak terlewatkan
pula aksi “boom boom bang” yang sangat menyenangkan. Di film ini, anda juga
akan banyak menemukan “comedic moment”
yang akan banyak dibawakan oleh Jake Johnson sebagai Chris Vail, teman dari
Nick Morton yang diperankan oleh Tom Cruise. Mungkin karena “The Mummy” yang
original punya comedic tone yang
kuat, jadi “The Mummy” yang baru ini juga mengikuti formula yang sama. But somehow, it didn’t match the tone.
Dari segala bentuk promosi, sampai tone filmnya
sendiri begitu dark. Rasanya tidak
cocok saja jika film yang gelap seperti ini ditambah bumbu komedi. Ditambah
lagi Tom Cruise yang berusaha ngelawak
tapi kesannya malah “krik” banget.
Di bulan Maret 2017 lalu, pernah rilis film “Power Rangers”.
Sebuah reboot live action dari serial
berjudul sama. Yang somehow, memakai
formula film “The Breakfast Club” karya sutradara John Hughes tahun 1985. Mulai
dari anak-anak yang punya social clique
yang berbeda satu sama lain. Awalnya mereka tidak saling kenal, sampai akhirnya
bisa menemukan satu kesamaan dan menjadi satu kekuatan yang padu. Nah, “The
Mummy” juga mempunyai formula yang sangat mirip dengan film “Lifeforce”, karya
sutradara Tobe Hooper yang juga rilis di tahun 1985. Mulai dari setup nya, cara si villain menangkap mangsa nya, motif si villain, dan ending yang
hampir serupa. Wow, serasa jiplak ya? Mungkin bagi yang belum pernah menonton “Lifeforce”
tidak akan sadar betapa signifikan kemiripan-kemiripan yang saya sebutkan
diatas. Mungkin memang lagi zamannya untuk film-film membuat premis atau
formula dari film-film zaman dahulu biar tidak kentara. Ya tapi jangan
persis-persis amat dong, kerasa banget ngejiplak nya. Seperti meme berikut ini: