Setelah “Cek Toko Sebelah” yang mendapat tanggapan baik dari para penonton, serta berhasil memperoleh lebih dari 2 juta penonton, Ernest Prakasa kembali lagi ke dunia perfilman. Tetapi kali ini hanya sebagai aktor. Tidak sebagai penulis naskah maupun sebagai sutradara. Film yang juga dibintangi oleh Tatjana Saphira, Indah Permatasari, dan Ardit Erwandha ini menceritakan tentang 4 anak SMA yang sombong, gaul, dan kaya. Yaitu Toni, Aghi, Bubu, dan Saras. Disaat mereka diberikan tugas untuk menulis essay mengenai kepedulian sosial, mereka bertemu dengan Ucok, seorang bocah pengamen jalanan. Disitulah mereka mendapat inspirasi untuk membuat essay tentang anak anak kurang mampu yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka pun membuat sekolah darurat di lingkungan tempat tinggal anak anak kurang mampu tersebut. Tapi disinilah konflik bermula.
Naskah yang ditulis sangat brilian
oleh Joko Anwar ini mengandung banyak sindiran terhadap society kita. Maklum, 2 film komedi yang sebelumnya juga ditulis
oleh Joko Anwar (Arisan & Janji Joni) adalah komedi satir. Mulai dari
berita hoax sampai “disuap” agar mau
sekolah pun ada. Dari sisi komedi, entah kenapa filmnya “enjoyable” banget. Terakhir nonton komedi sampe se-ngakak ini saat
nonton “My Stupid Boss” which is last
year. Nonton “Warkop DKI Jangkrik Boss Part 1” juga ngakak, tapi lebih
banyak cringe nya dibandingkan lucu
nya. Untuk “Stip & Pensil” ini, lucu nya benar benar alami. Mulai dari
lugunya Bubu, sampai mbah yang hidupnya selalu menderita. Tapi, karena saking fokus
kepada sisi komedi nya, pesan satir yang berusaha disampaikan disini menjadi
tidak terasa. Ada beberapa adegan yang semestinya menunjukkan pesan tapi malah
jadi “Ini maksudnya apa?”. Dan babak akhir yang terkesan buru buru hingga
sedikit menghilangkan rasa cinta terhadap film ini. Beberapa adegan di film ini
juga tidak perlu ada di film ini. Seperti hubungan Edwin & Saras. Dan Ncek
dan Bapaknya. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai dua bagian itu.
Bagaikan plothole, tidak terjawab
pula tidak penting.
Tidak ada yang spesial dari directing style nya Ardy Octaviand, yang sebelumnya pernah
menyutradarai film “3 Dara”. Tetapi, Ardy paham betul bagaimana cara
merealisasikan apa yang ada di naskah menjadi nyata. Dan para cast yang patut diacungi jempol,
terutama Tatjana yang berhasil memerankan seorang Bubu yang tulalit. I’m in love with her. Gimana caranya
jadi karakter yang bodoh tapi tetap buat
kita jatuh cinta sama karakter tersebut itu susah lho. Setiap scene yang ada
Bubu nya pasti bikin senyum senyum sendiri. Dan oh ya, joke Bubu yang super meta
itu berhasil bikin saya ngakak. Ernest yang sudah beranak dua pun masih bisa
berakting menjadi murid SMA dan berbaur dengan ketiga cast lainnya tanpa ada rasa awkward.
Saya sebagai penonton pun juga tidak merasa aneh ataupun ilfeel melihat Ernest sebagai murid SMA. “Stip & Pensil” adalah
sebuah sajian yang menghibur, walaupun lack
of its message, tapi tetap enjoyable.
It’s a must watch. Apalagi untuk anak
anak SMA sekarang.